Kamis, 20 Maret 2014

PERNAH

Aku mengerahkan rasa yang kupunya pada ujung jemari.Membuatnya menari bersama hujan yang menyapa Bumi.
Kamu membenci hujan. Becek, lembab, basah dan membuatmu merana. Namun kita sama-sama mencintai pelangi setelah hujan reda.
Hujan, tak selalu menghantarkan rindu. Terkadang dia mengirimkan tetesan yang memukul dinding masa lalu. 
Aku pernah bertanya: bisakah hujan melarutkan rasa gundah? Sayang, hujan terlalu malas untuk berbalas sapa.
Aku pernah mencintai hujan yang membantuku menyamarkan air mata. Aku membenci kepalsuan tapi harus tersenyum walau duka meraja.
Bagiku, romantis bukan ketika menatap hujan yang merintik dalam gerak lambat. Tapi merekam setiap senyum yang pernah kamu buat.
Aku pernah merasakan hangatmu memeluk sela jemari. Memandang keluar jendela, menghitung sisa tetes hujan tadi. 
Kamu, jarang merangkai aksara indah. Tapi kamu selalu berhasil mengusir airmata dan menghadirkan tawa. 
Namun, semua yang kini aku genggam hanyalah satu kata: pernah. Bisa kah kamu kembali menjadi kamu? Akankah kamu dan aku melebur menjadi kita? 
…… karena aku tak pernah suka pada kata pernah. 
………………………………………………………tak pernah. 

Rabu, 12 Maret 2014

Ini Hati, Bukan Halte

Cerita ini adalah pengalaman terlama ku dalam menjalani hubungan dengan seorang cowok. Rey, dialah cowok itu. Cowok yang mengenalkanku dengan asam manisnya cinta. Cowok yang beberapa tahun lalu selalu membuatku menunggu dan bingung. Yang selalu membuatku tak mengerti akan semua sikap dan tingkah lakunya. Yang (dulu) selalu membuatku ngga bisa move on. Kurang lebih 5 tahun kita pacaran. Perkenalan kita dimulai karena ketika duduk di kelas 2 SMP (tahun 2004), kita sekelas. Dan awal kedekatan kita, dimulai dari sini....

Waktu itu, aku mendapat sms dari nomor hape yang tak ku kenal. Si pengirim sms misterius itu bilang kalau dia adalah Rey, dia juga bilang kalau dia suka sama aku. Aku yang baru beberapa minggu kenal sama Rey ngga langsung percaya gitu aja kalau itu dia. Karena penasaran, keesokan harinya pas di sekolah aku langsung menanyakannya ke Rey. Tapi setelah mendengar semua ceritaku, Rey bilang kalau itu bukan dia. Katanya, dari setelah dia punya nomor hapeku, dia belum pernah ngesms. Rasa penasaranku makin bertambah seiring seringnya sms yang dikirim pengirim sms misterius itu. Setiap kali menanyakannya ke Rey, dia selalu bilang itu bukan dia. Mungkin karena terlalu lelah ditanya terus-menerus, dia pun memberikan nomor hapenya. Dan anehnya, sejak Rey ngasih nomor hapenya itu, si pengirim sms misterius udah ngga pernah sms aku lagi.
Dari kejadian itu, kita jadi sering sms-an. Kita juga jadi lebih sering ngobrol, ledek-ledekan, contek-contekan PR dan ulangan. Karena hubungan aku sama Rey yang semakin deket, menyebarlah gosip kalau Rey suka sama aku. Teman-teman sekelas pun jadi mulai nge-ciye-ciye-in setiap liat aku sama Rey deketan. Bukan cuma ngeledekin, mereka juga sering ngejailin aku sama Rey. Aku pernah dipaksa duduk semeja sama Rey selama pelajaran Seni Rupa. Tapi karena aku ngga mau dan menolak mentah-mentah, akhirnya itu ngga kejadian.
Mereka juga pernah 'memisahkan diri' mereka dari aku sama Rey waktu upacara. Jadi, gini. Setiap lagi baris-berbaris kalau upacara atau apel, tiap kelas harus bikin 2 baris. Cowok 1 baris, cewek 1 baris. Nah, waktu itu kebetulan aku sebelahan sama Rey. Temen sekelas yang ada di depanku, maju beberapa langkah. Yang di belakangku, mundur beberapa langkah. Jadi antara aku dan Rey sama anak-anak kelas tuh ada jarak beberapa langkah. Keringet dingin udah mulai keluar, aku bener-bener salting waktu itu. Dan mereka? Cuma cekikikan dan bilang, "Ciyeee, serasa cuma berdua nih di lapangan."
Ledekan mereka ini terus berjalan sampe kita naik ke kelas 3. Pas kelas 3 aku sama Rey pisah kelas. Aku di 3F, dan dia di 3A. Mayoritas teman-temanku di kelas 2 ada di 3A dan 3F. Makanya meskipun udah pisah kelas, gosip kedekatan aku dan Rey masih tetep ada.
Intensitas sms-an kita pun makin bertambah. Bahkan Rey jadi sering ngirimin kata-kata sama gambar yang sweet hueks gitu. Hingga di malam hari tanggal 22 November 2005, Rey mengutarakan perasaannya dan mengaku kalau si pengirim sms misterius itu sebenernya dia yang memakai nomor hape Ayahnya. Saat ingin membalas smsnya, ternyata pulsaku habis. Aku lupa mengisi pulsa. Karena malam sudah cukup larut, aku pun memutuskan untuk tidur.
Besoknya, Rabu, 23 November 2005 aku menghabiskan jam istirahat untuk mengobrol di kelas. Tiba-tiba Eka, teman sekelasku waktu di kelas 2, datang menghampiri tempat dudukku, katanya, "Des, lo dicariin Rey. Katanya kenapa ngga bales smsnya."
"Pulsa gue abis, Ka. Tolong bilangin, ya. Ohiya, bilangin juga ke dia jangan cuma lewat sms dong. Gue pengen dia ngomong langsung."
"Oke. Gue sampein ke Rey, ya." Kemudian Eka keluar.

10 menit menjelang bel masuk, aku pergi ke toilet diantar teman semejaku, Nurul. Begitu aku kembali ke kelas, di teras ruang kelasku sudah sangat ramai oleh teman-temanku waktu kelas 2 dulu. Ternyata, Rey beneran mau nembak aku secara langsung. Karena gugup dan belum siap, aku meminta mereka untuk bubar dan menunda 'acara'nya hingga pulang sekolah saja. Mereka pun bubar bersamaan dengan bunyinya bel masuk. Dari setelah bel, aku udah ngga bisa konsen mengikuti pelajaran sampai jam pulang. Ketika bel pulang berbunyi, rasanya aku ingin langsung pulang ke rumah dan melupakan 'acara' ketemu Rey. Tapi hal itu ngga mungkin bisa, kedua tanganku dipegang erat oleh teman-temanku.

"Jadi, gimana?" Kata Rey setelah kita berdua berdiri berhadapan di lokasi 'penembakan'.
"Apanya?" Tanyaku dengan muka bodoh.
"Iya yang di sms. Lo mau ngga jadi pacar gue?" Tanyanya lagi.
"Hmm.. Iya, gue mau." Jawabku malu-malu.
Kemudian kita salaman. Iya, serius. Aku sama dia salaman. Jangan ngarepin ada adegan yang kaya di FTV-FTV, ya. Bisa dapet point dari guru BP kalau sampe ada adegan itu. :D
Setelah salaman, kita pun pulang bareng naik angkot. Agak canggung-canggung gimana gitu, ya. :3

Bulan-bulan pertama jadian, semua baik-baik aja. Menjelang 1bulanan, salah satu teman dekatku, Hesti, memberi ide untuk menge-test Rey. Dia bilang ke Rey kalau dia ketemu aku lagi jalan sama cowok lain di Mall. Hasilnya, pas pulang sekolah aku dijutekin Rey. Rey ngejutekin aku sampai beberapa minggu. Setiap kita papasan, dia langsung ngebalikin badannya kayak yang ngga mau ngeliat aku . Setiap aku sms untuk ngejelasin kalau yang Hesti bilang itu skenario, sms nya ngga pernah dibales. Aku mulai galau. Akhirnya aku meminta Hesti yang menjelaskan ke Rey, dan untungnya Rey percaya. Akhirnya Rey pun biasa lagi. Fyuh.

Masa SMA...
Ketika SMA, kita kembali harus berpisah. Ya, kita beda sekolah. Hasil UN Rey yang lebih tinggi dibanding hasilku memaksanya untuk memilih SMA favorit dekat rumahnya, setelah sebelumnya ingin mengikuti aku untuk masuk SMA pilihanku yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku. Sebenarnya dia ingin kita bisa satu sekolah lagi, tapi aku memintanya untuk masuk SMA favorit. Selain karena jarak yang lebih dekat, aku merasa sayang jika hasil UN Rey yang tinggi tetapi masuk sekolah yang biasa saja.
           Setelah beberapa bulan menjadi anak SMA, Rey mulai menghilang. Sms mulai jarang dibalas, telepon jarang diangkat, malam minggu jarang ketemu. Dan hal itu terjadi sampai sekitar 1tahunan, aku bingung harus mencarinya dimana dan menanyakan kabarnya ke siapa. Yang bisa aku lakukan hanyalah menunggu, menunggu, dan terus menunggu. Selama menunggu itu, pernah ada beberapa cowok berniat untuk mengenalku lebih jauh dan mengutarakan perasaannya, tapi tidak ada satu pun yang aku terima. Aku selalu memberi mereka alasan: "Gue udah punya cowok."
Sampai suatu hari, aku mendapat kabar kalau Rey kecelakaan dan koma. Detik itu juga rasanya aku ingin datang untuk menjenguknya, tapi sayangnya tidak ada yang tau dimana Rey dirawat. Akhirnya aku hanya bisa berdoa semoga dia sembuh dan tetap mengingatku. Kurang lebih 2 minggu setelah mendengar kabar itu, ketika malem minggu, aku sedang menonton tv, Papaku yang kebetulan sedang di teras rumah bilang kalau ada tamu yang mencariku. Kalian tau itu siapa? Dia... Rey.
"Ini beneran kamu, Rey?" Tanyaku tidak percaya kalau yang dihadapan aku saat ini adalah Rey.
"Iya, ini aku. Kamu apa kabar?" Kata Rey.
"Aku baik. Kamu kemana aja? Katanya kemaren kamu koma?" Tanyaku masih dengan muka seolah tak percaya.
"Iya, aku koma 3 minggu karena kecelakaan, masuk kolong truk. Pas koma, aku kaya yang ngeliat kamu nangis-nangis ngelarang aku jangan pergi. Makanya pas sadar sebenernya aku langsung mau kesini. Ini baru bisa bawa motor lagi. Ohiya, aku bawa coklat buat kamu. Nih." Kata Rey sambil ngasih coklat itu.
Aku benar-benar terharu saat kita membicarakan banyak hal saat Rey menghilang. Waktu itu Rey sempat dihadapkan dengan masalah keluarga yang cukup rumit sehingga dia harus kehilangan hapenya dan kesulitan untuk menghubungiku. Karena aku takut kehilangan komunikasi lagi dengannya, aku meminjamkan salah satu hape-ku ke Rey. Awalnya dia menolak, tapi setelah aku paksa akhirnya dia pun mau.
Setelah adanya komunikasi lagi, kita kembali seperti dulu. Hampir setiap minggu kita main, tak jarang ia juga suka mengantar jemput aku ke sekolah. Tapi ternyata ada satu fakta yang baru aku tau setelah beberapa bulan kita kembali dekat, yaitu Rey sempat tidak naik kelas. Awalnya aku ngga percaya, karena aku tau Rey anak yang pintar. Katanya, faktor absensi lah yang bikin dia ngga naik kelas. Dari situlah aku jadi ingin terus memberi support buat Rey, mengingatkan dia buat rajin masuk sekolah terus.

Masa kuliah..
Setelah lulus dari SMA, aku bingung mau melanjutkan dimana dan mengambil jurusan apa. Gagal mencoba daftar SNMPTN, UMB, dan tes-tes lain untuk masuk kuliah, aku pun memutuskan untuk kuliah di salah satu Universitas Swasta yang ada di dekat rumah Nenekku, di Cimahi. Dan itu artinya, LDR dimulai....
Karena memang sudah terbiasa berjauhan dan kehilangan kontak dengan Rey, aku menjadi tidak aneh saat menghadapi LDR ini. Tidak ada suasana haru apalagi menyedihkan. Semua biasa saja, datar. Menurutku, Jakarta-Bandung itu dekat, setidaknya minimal sebulan sekali aku bisa pulang dan bertemu Rey. Jadi buat apa aku sedih?
Awal tahun 2010, ketika liburan semester, aku pulang ke Jakarta. Saat aku sedang iseng membaca comment-comment di facebook Rey, aku menemukan sesuatu yang membuat hatiku langsung panas. Rey lagi deket sama cewek yang namanya Dina, karena dijodohin oleh Rio, teman sekelas Rey. Aku langsung meminta kejelasan hal itu ke Rey tentang siapa Dina.
"Dina itu temennya Rio, Rio ngga tau kalau aku udah punya pacar. Jadi dia mau jodohin aku sama Dina. Pas aku bilang aku udah punya pacar, Rio tetep maksa aku buat deket sama Dina. Aku cuma nganggep Dina itu kayak adik, lagipula kita belom pernah ketemu kok." Kata Rey.
"Iya, kak. Aku sama A' Rey cuma kakak adik-an aja. Maaf ,ya, kak. Aku ngga tau kalau AA' udah punya pacar, Rio juga ngga bilang." Kata Dina di salah satu kolom comment wall facebook.
Setelah mendengar banyak penjelasan, akhirnya aku pun memaafkan mereka dan mencoba untuk lebih percaya sama Rey.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, Rey lulus dari SMA. Rey memutuskan untuk menyusulku kuliah di Cimahi. Kuliah 1 kampus, ternyata tidak menjanjikan kita untuk gampang ketemu. Beda jurusan, fakultas, gedung kuliah, jadwal kuliah, kegiatan, ternyata rumit. Apalagi Rey ikut klub motor di jurusannya (HVC), jadi hampir setiap weekend dia touring. Dan aku? Aku tidak pernah ikut saat Rey touring. Nenek ataupun orangtuaku pasti tidak akan mengizinkan aku pergi jika sampai menginap. Meskipun mereka telah mengenal Rey, untuk hal ini mereka pasti tidak mengizinkan. Alhasil, aku sama Rey makin jarang ketemu.
Pernah waktu itu sekalinya kita ketemu, aku iseng mengecek inbox hape Rey. Inbox-nya dipenuhi oleh 'IP-Kiki'. Belum sempat membuka isinya, Rey merebut hapenya dari tanganku. Tumben sekali dia seperti ini, biasanya dia cuek kalau aku mengecek hapenya. Perasaanku mulai ngga enak, aku yakin ada yang dia sembunyikan dariku. Aku penasaran siapa Kiki. Kebetulan sepupuku, Tyo, senior Rey di jurusannya, jadi aku bisa meminta bantuannya untuk mencari tau siapa Kiki. Ternyata Kiki itu salah satu teman cewek Rey, dan kata beberapa teman sekelas Rey mereka lagi deket.
Waktu aku minta penjelasan dari Rey, kita berantem hebat. Aku ngga percaya pas Rey bilang mereka cuma temenan, karena dari semua hasil pengamatan sepupuku di kampus nunjukin kalau mereka ada apa-apa. Tidak menemukan solusi, akhirnya tanggal 3 November 2010, kita memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Tepat 20 hari sebelum 5tahunan. Sejak hari itu, hubunganku dan Rey tidak baik.
Awal tahun 2011, aku mendapat kabar kalau Rey jadian sama Tari, temen sekelas sekaligus temennya di HVC. Katanya mereka bisa dekat karena sering bareng-bareng pas touring. Loh kok bukan sama Kiki jadiannya? Terus Kiki kemana? Kiki sama Rey ternyata beneran cuma temen. Sifat Kiki yang manja dan kaya anak kecillah yang bikin dia deket sama anak-anak cowok lain di kelasnya. Jadi bukan cuma sama Rey deketnya. Aku menyesal karena terlalu percaya sama orang lain, padahal aku sendiri ngga tau kenyataan yang sebenernya tuh gimana. Ternyata benar, penyesalan memang selalu datang di akhir iya, kalau di awal namanya pendaftaran. :(
Akhir Mei 2012, aku jatuh sakit karena hampir selalu telat makan. Mama langsung pulang ke Cimahi begitu mendapat kabar kalau aku sakit. Malamnya, sambil ditemani Nenek, Mama, dan beberapa sepupu, aku mencoba untuk tidur. Tidak lama, aku mendengar ada yang mengucap salam dan mengetuk pintu. Ternyata... Rey. Lagi-lagi dia muncul tiba-tiba seolah sebelumnya kita ngga ada apa-apa. Dia bilang kalau Mama sms dia dan ngasih tau kalau aku sakit. Dari dulu, Rey selalu cepet-cepet datang ngejenguk setiap tau aku sakit. Sambil menyuapi aku, kita ngobrol banyak, ternyata Rey bilang dia udah putus sama Tari karena Tari selingkuh. Kita pun jadi deket lagi, sering makan bareng. Bahkan Mama yang minta Rey buat selalu ngajak aku makan bareng, alasannya biar aku ada temen makan.
Tepat di hari ulang tahun Rey, 24 Juni 2012 kita pacaran lagi. Disinilah aku tau kalau pas kita LDRan tahun lalu, Rey sempet deket banget sama beberapa cewek. Dan dia ngaku kalau dia sempet beberapa kali ketemu Dina. Aku marah. Dia langsung minta maaf dan (seperti biasa) aku pun memaafkannya.
Sayangnya hubungan ini tidak berlangsung lama seperti waktu pacaran sebelumnya. Tanggal 2 November 2012, kita kembali putus. Lagi-lagi kita harus putus di awal November. Kalau waktu itu tanggal 3, kali ini tanggal 2. Rey bilang kalau aku kayak yang ngga punya waktu buat dia, karena waktu itu aku disibukkan oleh laporan magangku yang sudah deadline. Padahal setiap hari itu aku selalu berusaha meluangkan waktuku untuk menemuinya. Dia juga bilang bosan dan jenuh dengan hubungan kita yang gini-gini aja. Untuk alasan ini aku merasa ada yang aneh pada Rey. Kalau memang dia bosan, kenapa dulu kita bisa sampai bertahun-tahun, dan sekarang cuma 4 bulan, dia bilang bosan. Rey kekeuh mau putus, sementara aku ngga mau. Tapi akhirnya aku meng-iya-kan kata-kata putus Rey. Aku ngga mau kalau kita terus pacaran, Rey ngebohongin perasaannya.
3 hari kemudian aku mendapat kabar kalau Rey jadian sama junior di jurusannya, namanya Desi. Iya, nama kita mirip. Bedanya kalau aku pake 'y', dia 'i'. Jujur, aku sakit dan kecewa banget sama Rey pas tau kabar itu. Berarti semua yang dia bilang pas kita mau putus itu bohong. Itu cuma alibi dia. Sejak hari itu juga, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mudah mempercayai Rey lagi. Aku ngga mau jatuh di lubang yang sama lagi.
Beberapa bulan kemudian Rey menghubungi aku lagi dan bilang kalau udah putus sama Desi dan juga minta maaf karena udah ngebohongin aku. Aku pun lagi-lagi memaafkan Rey. Kali ini, aku memaafkan bukan berarti mau menerimanya lagi. Merasa aku yang selalu jaga jarak, akhirnya beberapa minggu kemudian Rey jadian sama Wulan, Temennya Desi. Lalu apa maksudnya kemarin dia berusaha ngedeketin aku lagi? Entahlah.
Sampai hari ini, ketika aku mengetik tulisan ini, Rey berkali-kali berusaha untuk ngedeketin aku lagi, dan berkali-kali pula aku menolak setiap dia mengajak bertemu. Aku rasa mungkin kita lebih baik seperti ini, kalau pun ada komunikasi mungkin hanya sekedar menanyakan kabar aja ngga lebih. Aku takut kalau kita sering komunikasi, perasaan yang dulu ada bakal hadir lagi. Aku sudah terlalu lelah menghadapi Rey yang suka menghilang dan muncul seenak jidatnya sehingga dia berfikiran aku akan terus ada untuknya. Aku juga sudah terlalu lelah mendengar semua kata maafnya. Bahkan, aku sudah enggan menerima kehadirannya kembali di hatiku. Tidak ingin terus-menerus mengingat Rey, aku pun mulai belajar untuk menerima orang baru. Meskipun aku akui awalnya sangat sulit. Tapi setelah mengingat-ingat apa yang telah Rey perbuat, aku pun bisa meyakinkan diriku bahwa aku patut bahagia. Aku juga sering meyakinkan diriku bahwa aku ini hanya tulang rusuk ‘susu’nya. Ya meskipun aku tidak tau ke depannya bagaimana. Jodoh pasti bertemu, kok, gitu aja.
 Banyak pelajaran yang aku dapat dari hubunganku sama Rey, beberapa diantaranya jangan terlalu percaya sama kata-kata orang lain sebelum kamu melihat atau membuktikannya sendiri. Terus, jangan pernah menyalahgunakan kepercayaan yang udah dikasih sama orang lain. Sekali aja kepercayaan itu dirusak, sulit buat ngembaliin kepercayaan itu seperti semula. Komunikasi dan kejujuran itu juga bener-bener point penting pacaran. Kalau kamu mau ngebohongin pacar atau pasanganmu, coba deh bayangin kalau kamu di posisi orang yang dibohongi. Ngga enak, kan? Di dunia ini ngga ada orang yang suka dibohongi, tukang bohong aja ngga suka kok kalau dibohongi. :')

Well, ini ceritaku. Maaf ya banyak kata-kata yang rancu, baru pertama kali nulis soalnya. Hehe. Terimakasih sudah mau membaca. :)