Cerita ini adalah pengalaman
terlama ku dalam menjalani hubungan dengan seorang cowok. Rey, dialah cowok
itu. Cowok yang mengenalkanku dengan asam manisnya cinta. Cowok yang beberapa
tahun lalu selalu membuatku menunggu dan bingung. Yang selalu membuatku
tak mengerti akan semua sikap dan tingkah lakunya. Yang (dulu) selalu membuatku
ngga bisa move on. Kurang lebih 5 tahun kita pacaran. Perkenalan
kita dimulai karena ketika duduk di kelas 2 SMP (tahun 2004), kita sekelas. Dan
awal kedekatan kita, dimulai dari sini....
Waktu itu, aku mendapat sms
dari nomor hape yang tak ku kenal. Si pengirim sms misterius itu bilang kalau
dia adalah Rey, dia juga bilang kalau dia suka sama aku. Aku yang baru beberapa
minggu kenal sama Rey ngga langsung percaya gitu aja kalau itu dia. Karena
penasaran, keesokan harinya pas di sekolah aku langsung menanyakannya ke Rey.
Tapi setelah mendengar semua ceritaku, Rey bilang kalau itu bukan dia. Katanya,
dari setelah dia punya nomor hapeku, dia belum pernah ngesms. Rasa penasaranku
makin bertambah seiring seringnya sms yang dikirim pengirim sms misterius itu.
Setiap kali menanyakannya ke Rey, dia selalu bilang itu bukan dia. Mungkin
karena terlalu lelah ditanya terus-menerus, dia pun memberikan nomor hapenya.
Dan anehnya, sejak Rey ngasih nomor hapenya itu, si pengirim sms misterius udah
ngga pernah sms aku lagi.
Dari kejadian itu, kita jadi
sering sms-an. Kita juga jadi lebih sering ngobrol, ledek-ledekan,
contek-contekan PR dan ulangan. Karena hubungan aku sama Rey yang semakin
deket, menyebarlah gosip kalau Rey suka sama aku. Teman-teman sekelas pun jadi
mulai nge-ciye-ciye-in setiap liat aku sama Rey deketan. Bukan cuma
ngeledekin, mereka juga sering ngejailin aku sama Rey. Aku pernah dipaksa duduk
semeja sama Rey selama pelajaran Seni Rupa. Tapi karena aku ngga mau dan
menolak mentah-mentah, akhirnya itu ngga kejadian.
Mereka juga pernah
'memisahkan diri' mereka dari aku sama Rey waktu upacara. Jadi, gini. Setiap
lagi baris-berbaris kalau upacara atau apel, tiap kelas harus bikin 2 baris.
Cowok 1 baris, cewek 1 baris. Nah, waktu itu kebetulan aku sebelahan sama Rey.
Temen sekelas yang ada di depanku, maju beberapa langkah. Yang di belakangku,
mundur beberapa langkah. Jadi antara aku dan Rey sama anak-anak kelas tuh ada
jarak beberapa langkah. Keringet dingin udah mulai keluar, aku bener-bener
salting waktu itu. Dan mereka? Cuma cekikikan dan bilang, "Ciyeee, serasa
cuma berdua nih di lapangan."
Ledekan mereka ini terus
berjalan sampe kita naik ke kelas 3. Pas kelas 3 aku sama Rey pisah kelas. Aku di
3F, dan dia di 3A. Mayoritas teman-temanku di kelas 2 ada di 3A dan 3F. Makanya
meskipun udah pisah kelas, gosip kedekatan aku dan Rey masih tetep ada.
Intensitas sms-an kita pun
makin bertambah. Bahkan Rey jadi sering ngirimin kata-kata sama gambar yang sweet hueks gitu.
Hingga di malam hari tanggal 22 November 2005, Rey mengutarakan perasaannya dan
mengaku kalau si pengirim sms misterius itu sebenernya dia yang memakai nomor
hape Ayahnya. Saat ingin membalas smsnya, ternyata pulsaku habis. Aku lupa mengisi
pulsa. Karena malam sudah cukup larut, aku pun memutuskan untuk tidur.
Besoknya, Rabu, 23 November
2005 aku menghabiskan jam istirahat untuk mengobrol di kelas. Tiba-tiba Eka,
teman sekelasku waktu di kelas 2, datang menghampiri tempat dudukku, katanya,
"Des, lo dicariin Rey. Katanya kenapa ngga bales smsnya."
"Pulsa gue abis, Ka. Tolong bilangin,
ya. Ohiya, bilangin juga ke dia jangan cuma lewat sms dong. Gue pengen dia
ngomong langsung."
"Oke. Gue sampein ke Rey, ya."
Kemudian Eka keluar.
10 menit menjelang bel
masuk, aku pergi ke toilet diantar teman semejaku, Nurul. Begitu aku kembali ke
kelas, di teras ruang kelasku sudah sangat ramai oleh teman-temanku waktu kelas
2 dulu. Ternyata, Rey beneran mau nembak aku secara langsung. Karena gugup dan
belum siap, aku meminta mereka untuk bubar dan menunda 'acara'nya hingga pulang
sekolah saja. Mereka pun bubar bersamaan dengan bunyinya bel masuk. Dari
setelah bel, aku udah ngga bisa konsen mengikuti pelajaran sampai jam pulang.
Ketika bel pulang berbunyi, rasanya aku ingin langsung pulang ke rumah dan
melupakan 'acara' ketemu Rey. Tapi hal itu ngga mungkin bisa, kedua tanganku
dipegang erat oleh teman-temanku.
"Jadi, gimana?" Kata Rey setelah
kita berdua berdiri berhadapan di lokasi 'penembakan'.
"Apanya?" Tanyaku dengan muka
bodoh.
"Iya yang di sms. Lo mau ngga jadi
pacar gue?" Tanyanya lagi.
"Hmm.. Iya, gue mau." Jawabku
malu-malu.
Kemudian kita salaman. Iya, serius. Aku
sama dia salaman. Jangan ngarepin ada adegan yang kaya di FTV-FTV, ya. Bisa
dapet point dari guru BP kalau sampe ada adegan itu. :D
Setelah salaman, kita pun pulang bareng
naik angkot. Agak canggung-canggung gimana gitu, ya. :3
Bulan-bulan pertama jadian,
semua baik-baik aja. Menjelang 1bulanan, salah satu teman dekatku, Hesti,
memberi ide untuk menge-test Rey. Dia bilang ke Rey kalau dia
ketemu aku lagi jalan sama cowok lain di Mall. Hasilnya, pas pulang sekolah aku
dijutekin Rey. Rey ngejutekin aku sampai beberapa minggu. Setiap kita papasan,
dia langsung ngebalikin badannya kayak yang ngga mau ngeliat aku . Setiap aku
sms untuk ngejelasin kalau yang Hesti bilang itu skenario, sms nya ngga pernah
dibales. Aku mulai galau. Akhirnya aku meminta Hesti yang menjelaskan ke Rey,
dan untungnya Rey percaya. Akhirnya Rey pun biasa lagi. Fyuh.
Masa SMA...
Ketika SMA, kita kembali
harus berpisah. Ya, kita beda sekolah. Hasil UN Rey yang lebih tinggi dibanding
hasilku memaksanya untuk memilih SMA favorit dekat rumahnya, setelah sebelumnya
ingin mengikuti aku untuk masuk SMA pilihanku yang jaraknya tidak begitu jauh
dari rumahku. Sebenarnya dia ingin kita bisa satu sekolah lagi, tapi aku
memintanya untuk masuk SMA favorit. Selain karena jarak yang lebih dekat, aku
merasa sayang jika hasil UN Rey yang tinggi tetapi masuk sekolah yang biasa
saja.
Setelah
beberapa bulan menjadi anak SMA, Rey mulai menghilang. Sms mulai jarang
dibalas, telepon jarang diangkat, malam minggu jarang ketemu. Dan hal itu
terjadi sampai sekitar 1tahunan, aku bingung harus mencarinya dimana dan
menanyakan kabarnya ke siapa. Yang bisa aku lakukan hanyalah menunggu,
menunggu, dan terus menunggu. Selama menunggu itu, pernah ada beberapa cowok
berniat untuk mengenalku lebih jauh dan mengutarakan perasaannya, tapi tidak
ada satu pun yang aku terima. Aku selalu memberi mereka alasan: "Gue udah
punya cowok."
Sampai suatu hari, aku
mendapat kabar kalau Rey kecelakaan dan koma. Detik itu juga rasanya aku ingin
datang untuk menjenguknya, tapi sayangnya tidak ada yang tau dimana Rey
dirawat. Akhirnya aku hanya bisa berdoa semoga dia sembuh dan tetap
mengingatku. Kurang lebih 2 minggu setelah mendengar kabar itu, ketika malem
minggu, aku sedang menonton tv, Papaku yang kebetulan sedang di teras rumah
bilang kalau ada tamu yang mencariku. Kalian tau itu siapa? Dia... Rey.
"Ini beneran kamu, Rey?" Tanyaku
tidak percaya kalau yang dihadapan aku saat ini adalah Rey.
"Iya, ini aku. Kamu apa kabar?"
Kata Rey.
"Aku baik. Kamu kemana aja? Katanya
kemaren kamu koma?" Tanyaku masih dengan muka seolah tak percaya.
"Iya, aku koma 3 minggu karena
kecelakaan, masuk kolong truk. Pas koma, aku kaya yang ngeliat kamu
nangis-nangis ngelarang aku jangan pergi. Makanya pas sadar sebenernya aku
langsung mau kesini. Ini baru bisa bawa motor lagi. Ohiya, aku bawa coklat buat
kamu. Nih." Kata Rey sambil ngasih coklat itu.
Aku benar-benar terharu saat
kita membicarakan banyak hal saat Rey menghilang. Waktu itu Rey sempat
dihadapkan dengan masalah keluarga yang cukup rumit sehingga dia harus
kehilangan hapenya dan kesulitan untuk menghubungiku. Karena aku takut
kehilangan komunikasi lagi dengannya, aku meminjamkan salah satu hape-ku ke
Rey. Awalnya dia menolak, tapi setelah aku paksa akhirnya dia pun mau.
Setelah adanya komunikasi
lagi, kita kembali seperti dulu. Hampir setiap minggu kita main, tak jarang ia
juga suka mengantar jemput aku ke sekolah. Tapi ternyata ada satu fakta yang
baru aku tau setelah beberapa bulan kita kembali dekat, yaitu Rey sempat tidak
naik kelas. Awalnya aku ngga percaya, karena aku tau Rey anak yang pintar.
Katanya, faktor absensi lah yang bikin dia ngga naik kelas. Dari situlah aku
jadi ingin terus memberi support buat Rey, mengingatkan dia
buat rajin masuk sekolah terus.
Masa kuliah..
Setelah lulus dari SMA, aku
bingung mau melanjutkan dimana dan mengambil jurusan apa. Gagal mencoba daftar
SNMPTN, UMB, dan tes-tes lain untuk masuk kuliah, aku pun memutuskan untuk
kuliah di salah satu Universitas Swasta yang ada di dekat rumah Nenekku, di
Cimahi. Dan itu artinya, LDR dimulai....
Karena memang sudah terbiasa
berjauhan dan kehilangan kontak dengan Rey, aku menjadi tidak aneh saat
menghadapi LDR ini. Tidak ada suasana haru apalagi menyedihkan. Semua biasa
saja, datar. Menurutku, Jakarta-Bandung itu dekat, setidaknya minimal sebulan
sekali aku bisa pulang dan bertemu Rey. Jadi buat apa aku sedih?
Awal tahun 2010, ketika
liburan semester, aku pulang ke Jakarta. Saat aku sedang iseng membaca comment-comment di facebook Rey,
aku menemukan sesuatu yang membuat hatiku langsung panas. Rey lagi deket sama
cewek yang namanya Dina, karena dijodohin oleh Rio, teman sekelas Rey. Aku
langsung meminta kejelasan hal itu ke Rey tentang siapa Dina.
"Dina itu temennya Rio, Rio ngga tau
kalau aku udah punya pacar. Jadi dia mau jodohin aku sama Dina. Pas aku bilang
aku udah punya pacar, Rio tetep maksa aku buat deket sama Dina. Aku cuma
nganggep Dina itu kayak adik, lagipula kita belom pernah ketemu kok." Kata
Rey.
"Iya, kak. Aku sama A' Rey cuma kakak
adik-an aja. Maaf ,ya, kak. Aku ngga tau kalau AA' udah punya pacar, Rio juga
ngga bilang." Kata Dina di salah satu kolom comment wall facebook.
Setelah mendengar banyak penjelasan,
akhirnya aku pun memaafkan mereka dan mencoba untuk lebih percaya sama Rey.
Beberapa bulan setelah
kejadian itu, Rey lulus dari SMA. Rey memutuskan untuk menyusulku kuliah di
Cimahi. Kuliah 1 kampus, ternyata tidak menjanjikan kita untuk gampang ketemu.
Beda jurusan, fakultas, gedung kuliah, jadwal kuliah, kegiatan, ternyata rumit.
Apalagi Rey ikut klub motor di jurusannya (HVC), jadi hampir setiap weekend dia touring.
Dan aku? Aku tidak pernah ikut saat Rey touring. Nenek ataupun
orangtuaku pasti tidak akan mengizinkan aku pergi jika sampai menginap.
Meskipun mereka telah mengenal Rey, untuk hal ini mereka pasti tidak
mengizinkan. Alhasil, aku sama Rey makin jarang ketemu.
Pernah waktu itu sekalinya
kita ketemu, aku iseng mengecek inbox hape Rey. Inbox-nya
dipenuhi oleh 'IP-Kiki'. Belum sempat membuka isinya, Rey merebut hapenya dari
tanganku. Tumben sekali dia seperti ini, biasanya dia cuek kalau aku mengecek
hapenya. Perasaanku mulai ngga enak, aku yakin ada yang dia sembunyikan dariku.
Aku penasaran siapa Kiki. Kebetulan sepupuku, Tyo, senior Rey di jurusannya,
jadi aku bisa meminta bantuannya untuk mencari tau siapa Kiki. Ternyata Kiki
itu salah satu teman cewek Rey, dan kata beberapa teman sekelas Rey mereka lagi
deket.
Waktu aku minta penjelasan
dari Rey, kita berantem hebat. Aku ngga percaya pas Rey bilang mereka cuma
temenan, karena dari semua hasil pengamatan sepupuku di kampus nunjukin kalau
mereka ada apa-apa. Tidak menemukan solusi, akhirnya tanggal 3 November 2010,
kita memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Tepat 20 hari sebelum 5tahunan.
Sejak hari itu, hubunganku dan Rey tidak baik.
Awal tahun 2011, aku
mendapat kabar kalau Rey jadian sama Tari, temen sekelas sekaligus temennya di
HVC. Katanya mereka bisa dekat karena sering bareng-bareng pas touring.
Loh kok bukan sama Kiki jadiannya? Terus Kiki kemana? Kiki sama Rey ternyata
beneran cuma temen. Sifat Kiki yang manja dan kaya anak kecillah yang bikin dia
deket sama anak-anak cowok lain di kelasnya. Jadi bukan cuma sama Rey deketnya.
Aku menyesal karena terlalu percaya sama orang lain, padahal aku sendiri ngga
tau kenyataan yang sebenernya tuh gimana. Ternyata benar, penyesalan memang
selalu datang di akhir iya, kalau di awal namanya pendaftaran. :(
Akhir Mei 2012, aku jatuh
sakit karena hampir selalu telat makan. Mama langsung pulang ke Cimahi begitu
mendapat kabar kalau aku sakit. Malamnya, sambil ditemani Nenek, Mama, dan
beberapa sepupu, aku mencoba untuk tidur. Tidak lama, aku mendengar ada yang
mengucap salam dan mengetuk pintu. Ternyata... Rey. Lagi-lagi dia muncul
tiba-tiba seolah sebelumnya kita ngga ada apa-apa. Dia bilang kalau Mama sms
dia dan ngasih tau kalau aku sakit. Dari dulu, Rey selalu cepet-cepet datang
ngejenguk setiap tau aku sakit. Sambil menyuapi aku, kita ngobrol banyak,
ternyata Rey bilang dia udah putus sama Tari karena Tari selingkuh. Kita pun
jadi deket lagi, sering makan bareng. Bahkan Mama yang minta Rey buat selalu
ngajak aku makan bareng, alasannya biar aku ada temen makan.
Tepat di hari ulang tahun
Rey, 24 Juni 2012 kita pacaran lagi. Disinilah aku tau kalau pas kita LDRan
tahun lalu, Rey sempet deket banget sama beberapa cewek. Dan dia ngaku kalau
dia sempet beberapa kali ketemu Dina. Aku marah. Dia langsung minta maaf dan
(seperti biasa) aku pun memaafkannya.
Sayangnya hubungan ini tidak
berlangsung lama seperti waktu pacaran sebelumnya. Tanggal 2 November 2012,
kita kembali putus. Lagi-lagi kita harus putus di awal November. Kalau waktu
itu tanggal 3, kali ini tanggal 2. Rey bilang kalau aku kayak yang ngga punya
waktu buat dia, karena waktu itu aku disibukkan oleh laporan magangku yang
sudah deadline. Padahal setiap hari itu aku selalu berusaha meluangkan waktuku
untuk menemuinya. Dia juga bilang bosan dan jenuh dengan hubungan kita yang
gini-gini aja. Untuk alasan ini aku merasa ada yang aneh pada Rey. Kalau memang
dia bosan, kenapa dulu kita bisa sampai bertahun-tahun, dan sekarang cuma 4
bulan, dia bilang bosan. Rey kekeuh mau putus, sementara aku
ngga mau. Tapi akhirnya aku meng-iya-kan kata-kata putus Rey. Aku ngga mau
kalau kita terus pacaran, Rey ngebohongin perasaannya.
3 hari kemudian aku mendapat
kabar kalau Rey jadian sama junior di jurusannya, namanya Desi. Iya, nama kita
mirip. Bedanya kalau aku pake 'y', dia 'i'. Jujur, aku sakit dan kecewa banget
sama Rey pas tau kabar itu. Berarti semua yang dia bilang pas kita mau putus
itu bohong. Itu cuma alibi dia. Sejak hari itu juga, aku berjanji pada diriku
sendiri untuk tidak mudah mempercayai Rey lagi. Aku ngga mau jatuh di lubang
yang sama lagi.
Beberapa bulan kemudian Rey
menghubungi aku lagi dan bilang kalau udah putus sama Desi dan juga minta maaf
karena udah ngebohongin aku. Aku pun lagi-lagi memaafkan Rey. Kali ini, aku
memaafkan bukan berarti mau menerimanya lagi. Merasa aku yang selalu jaga
jarak, akhirnya beberapa minggu kemudian Rey jadian sama Wulan, Temennya Desi.
Lalu apa maksudnya kemarin dia berusaha ngedeketin aku lagi? Entahlah.
Sampai hari ini, ketika aku
mengetik tulisan ini, Rey berkali-kali berusaha untuk ngedeketin aku lagi, dan
berkali-kali pula aku menolak setiap dia mengajak bertemu. Aku rasa mungkin
kita lebih baik seperti ini, kalau pun ada komunikasi mungkin hanya sekedar
menanyakan kabar aja ngga lebih. Aku takut kalau kita sering komunikasi,
perasaan yang dulu ada bakal hadir lagi. Aku sudah terlalu lelah menghadapi Rey
yang suka menghilang dan muncul seenak jidatnya sehingga dia berfikiran aku
akan terus ada untuknya. Aku juga sudah terlalu lelah mendengar semua kata
maafnya. Bahkan, aku sudah enggan menerima kehadirannya kembali di hatiku.
Tidak ingin terus-menerus mengingat Rey, aku pun mulai belajar untuk menerima
orang baru. Meskipun aku akui awalnya sangat sulit. Tapi setelah
mengingat-ingat apa yang telah Rey perbuat, aku pun bisa meyakinkan diriku
bahwa aku patut bahagia. Aku juga sering meyakinkan diriku bahwa aku ini hanya
tulang rusuk ‘susu’nya. Ya meskipun aku tidak tau ke depannya bagaimana. Jodoh
pasti bertemu, kok, gitu aja.
Banyak pelajaran yang aku dapat dari
hubunganku sama Rey, beberapa diantaranya jangan terlalu percaya sama kata-kata
orang lain sebelum kamu melihat atau membuktikannya sendiri. Terus, jangan
pernah menyalahgunakan kepercayaan yang udah dikasih sama orang lain. Sekali
aja kepercayaan itu dirusak, sulit buat ngembaliin kepercayaan itu seperti
semula. Komunikasi dan kejujuran itu juga bener-bener point penting
pacaran. Kalau kamu mau ngebohongin pacar atau pasanganmu, coba deh bayangin
kalau kamu di posisi orang yang dibohongi. Ngga enak, kan? Di dunia ini ngga
ada orang yang suka dibohongi, tukang bohong aja ngga suka kok kalau dibohongi.
:')
Well, ini ceritaku. Maaf ya banyak kata-kata yang rancu, baru
pertama kali nulis soalnya. Hehe. Terimakasih sudah mau membaca. :)